Review film: Milea "suara dari dilan"

 Dari dunia perfilmman tanah air, masyarakat menyambut dengan sangat antusias perilisan film“Milea Suara Dari Dilan”Tanpa di duga hari pertama penayangan film sudah berhasil tembus 404.000 penonton, berkat pencapaian ini trilogi film terakhir dari Dilan tersebut sebagai film terlaris kedua sepanjang masa dari debut penayangan.

 

Dan pada posisi pertama nya ditempati oleh film pendahulu nya, Dilan 1991yang berhasil memecahkan rekor pada tahun lalu dengan jumlah penonton 800.225
Kisah cinta remaja Dilan dan Milea mungkin diceritakan telah berakhir pada Dilan 1991 yang tayang tahun lalu. Namun pada film ini, kini mereka kembali melalui film Milea: Suara dari Dilan, film ketiga sekaligus penutup dari trilogi saga Dilan.
Kisah Milea: Suara dari Dilan kini bukan lagi tentang sepasang kekasih muda-mudi SMA yang kembali menjalin hubungan, melainkan suara hati Dilan yang tertuang selama menjalin asmara dengan Milea.

 

Dengan kata lain, Milea: Suara dari Dilan adalah klarifikasi Dilan (Iqbaal Ramadhan) atas kisah asmara dengan Milea (Vanesha Prescilla) yang dinarasikan dalam dua film sebelumnya.

 

Mengingat film ini dibuat bersamaan dengan Dilan 1991, detail teknis hingga peran tiap karakter tak mengalami perubahan berarti.

 

Termasuk berbagai kekurangan yang ada di film kedua, seperti rambut sambungan Vanesha yang mengganggu, riasan wajah yang terlalu menor untuk murid SMA, serta emosi beberapa karakter yang kurang sampai, pun masih ada dalam Milea: Suara dari Dilan.

 

Soal cerita, Fajar Bustomi yang dibantu sang empunya cerita, Pidi Baiq, dalam penyutradaraan memang terbilang setia dengan kisah novelnya. Penggambaran cerita sebagian besar sudah cukup mewakili dari yang ada dalam novel.

 

Akan tetapi, ketika cerita dipindahkan ke media film, rasanya cerita ini akan bisa lebih menarik bila sejak awal ada sudut pandang Dilan terlibat dalam dua film sebelumnya.

Terlepas dari romansa hubungan Dilan dan Milea yang membuat banyak penggemarnya merasa galau, adegan ayah Dilan dalam film ini tak sanggup membuat penonton menguras air mata.

 

Ketidakmampuan itu karena nuansa yang terbangun dalam adegan tersebut kurang bisa dieksekusi secara natural.

 

Catatan lain dari Milea: Suara dari Dilan adalah penggambaran sosok pasangan itu kala sudah dewasa.

 

Sutradara dan film ini hanya bergantung pada perubahan tampilan luar dari Vanesha dan Iqbal untuk menunjukkan "sosok dewasa", alih-alih mematangkan dari segi emosi serta karakter.

 

Amat disayangkan tak ada perkembangan memuaskan dari dua karakter utama dalam Milea: Suara dari Dilan, selain dari remaja yang didandani selayaknya orang dewasa.

 

Secara keseluruhan, Milea: Suara dari Dilan yang tayang sejak 13 Februari 2020 di seluruh bioskop, hanya menggambarkan problema cerita cinta remaja SMA yang tak berakhir bahagia. Meski begitu, setidaknya film remaja ini menjadi penawar rindu para pencinta kisah Dilan dan Milea untuk sekadar bernostalgia.

Comments

Post a Comment